peace signpeace sign New Year, New Hope!!!! peace signpeace sign

Saturday, January 19, 2013

Batak, Apa Artinya?


Sudah sejak lama asal kata atau pengertian dari sebutan (kata) Batak (nama salah satu etnis di Indonesia) diteliti dan diperbincangkan banyak orang. Bahkan ketika ada beberapa suratkabar yang diterbitkan di awal abad 20 atau juga masa sebelumnya, polemik sudah terjadi pada sejumlah penulis yang memperdebatkan apa sebenarnya pengertian dari kata (nama) Batak, dan dari mana asal muasal nama tersebut. Di suratkabar Pewarta Deli No. 82 tahun 1919 misalnya, polemik yang paling terkenal adalah polemik antara penulis yang menggunakan nama samaran “Batak na so Tarporso” dengan J. Simanjutak. Keduanya saling mempertahankan pendirian dengan argumentasi masing-masing, sehingga menyebabkan polemik sempat berkepanjangan. Demikian pula di surat kabar keliling mingguan yang diterbitkan HKBP pada edisi tahun 1919 dan 1920, perbincangan mengenai pengertian Batak juga cukup ramai dimunculkan.

Seorang penulis yang memakai inisial “JS”, dalam tulisan pendeknya di suratkabar Imanuel edisi 17 Agustus 1919, akhirnya menyatakan diri tampil sebagai penengah di antara silang pendapat tersebut. JS dalam tulisannya telah mengutip buku karangan Dja Endar Moeda (alm), yang diterbitkan tahun 1903, yang berjudul “Riwayat Poelaoe Soematra”, dan pada halaman 64 isinya adalah sebagai berikut : “Adapoen bangsa yang mendoedoeki residetie Tapanoeli itoe, ialah bangsa Batak namanya. Adapoen kata “Batak” itoe pengertiannya : orang pandai berkuda. Masih ada kata Batak yang terpakai, jaitoe “mamatak”, yang artinya menaiki koeda. Kemoedian hari orang perboeatlah kata itoe djadi kata pemaki (plesetan/red BONA) kepada bangsa itoe…”. Keterangan serupa juga dikemukakan Dr. J. Warneck (Ephorus HKBP) dalam bukunya yang berjudul “Tobabataksch-Deutsche Woterbuch” yang tertulis di halaman 26. Menurut JS yang beralamat di Pangaribuan (red : surat kabar Imanuel), tuan L.Th. Meyer juga telah menulis dalam bukunya yang berjudul “Maleisch Hollandsch Wordenboek“, di halaman 37 yang isinya adalah berikut : “Batak, Naam van een volksstamin in Sumatra…” (Batak adalah nama satu Bangsa di pulau Sumatra). Keterangan itu dituturkan JS dalam tulisan pendeknya, sebagai maksud untuk meluruskan anggapan yang ada, bahwa seolah-olah kata Batak memiliki pengertian yaitu suatu aliran/kepercayaan tentang agama tertentu, yang dikembangkan oleh pihak tertentu untuk mendiskreditkan citra orang Batak.

Ternyata pada umumnya kata Batak meyiratkan banyak definisi tentang keberanian atau keperkasaan. Dalam catatan Amborsius Hutabarat, yang tertulis di surat kabar Bintang Batak tahun 1938, Beliau menyimpulkan bahwa pengertian Batak adalah orang yang mahir menaiki kuda. Pengertian tersebut memberi gambaran juga bahwa suku batak dikenal sebagai suku yang memiliki jiwa keras, berani, dan perkasa. Kuda merupakan lambang dari kejantanan, keberanian di medan perang, dan kegagahan dalam menghadapi bahaya/rintangan. Drs DJ Gultom (Raja Marpodang) menulis tentang teori yang mengatakan bahwa suku Batak adalah Si-Batak Hoda, yang artinya suku pemacu kuda. Berdasarkan teori, asal usul suku Batak adalah pendatang dari Hindia Belanda sekitar Asia Tenggara, yang sekarang memasuki pulau Sumatera pada masa perpindahan bangsa-bangsa di Asia (Buku Dalihan Natolu, Nilai Budaya Suku Batak, hal 32 cetakan 1992). Drs DJ Gultom bersusah payah telah melakukan serangkaian penyelidikan intensif seputar arti kata Batak dengan membaca sejarah, legenda, mitologi, serta wawancara dengan orang-orang tua, budayawan dan tokoh adat. Beberapa perkataan “batak”, pada Batak Pakpak Dairi berbunyi : “Mmas Batakn mahan gmgmmn laho mahan tabungn, biat ni kata mahan sungkunn mndahi kalak sipantas singg ddang radumn“. Maksudnya adalah bahwa mmas batak dijadikan warisan (homitan) yang dibuat menjadi tapak sirih, sudah sepantasnya tempat untuk bertanya itu adalah orang yang mengetahui. Pengertian kata mmas batak dalam umpasa itu disimpulkan sebagai serbuk emas dulangan yang telah menjadi emas murni atau logam mulia.

Dengan demikian pengertian batak pada masyarakat Dairi adalah asli, sejati, murni, atau mulia. Sebutan kata Batak pada masyarakat Dairi konon sangat bermakna, tak bisa sembarangan disebut, sehingga kata batak itu seperti disucikan. Selanjutnya temuan perkataan “batak” pada Batak Karo berbunyi : Mbatak-mbatakken jenujung si Tongat kari berngi“. Maksudnya, “nanti malam akan diadakan mbatak-mbatakken jenujung si Tongat”. Masyarakat Karo berpandangan bahwa manusia ada jenujungnya (junjungan) yang selalu mendampingi. Jenujung adalah roh yang mengikuti seseorang, dan sering membantu seseorang itu disaat dia terancam bahaya. Apabila jenujung tidak lagi mengikuti seseorang tersebut, maka orang itu akan mendapatkan bahaya atau sakit-sakitan. Usaha agar jenujung kembali mengikuti, yaitu harus melaksanakan upacara spritual. Itulah yang disebut orang Karo mbatak-mbataken.

Masih ada ungkapan pada bahasa Karo yang berbunyi “Ibatakkenmin adah nda”, artinya, “bentuklah tempat itu”. maksudnya adalah apabila seseorang hendak mendirikan rumah, langkah pertama adalah mendahului suatu kegiatan ritual sebelum perataan tanah, supaya rumah yang dibangun menjadi tempat yang sehat sejahtera bagi penghuninya. Selain itu, juga bermaksud untuk menguatkan pondasi agar rumah yang dibangun kokoh. Jadi pengertian ibatakken atau batak pada masyarakat Karo adalah usaha yang suci agar sehat dan kuat. Adapun temuan perkataan “batak” pada Batak Simalungun, berbunyi ” Patinggi ma batohon i, ase dear sabahtaon“. Artinya, “tinggikanlah batohan agar bagus sawah kita ini”. Sawah yang terletak di pinggir sungai atau di lereng gunung sering rusak karena banjir. Untuk mencegahnya, maka di pinggir sawah dibuat benteng yang kuat sebagai penahan serangan banjir. Itu sebabnya, ada ungkapan “patinggi ma batohan i, ase dear sabahtaon”. Jadi pengertian Batahon pada masyarakat Simalungun adalah tumpuan kekuatan untuk menahan bahaya serangan.

Di Filipina konon ada satu pulau yang bernama Batac (huruf “c” dibelakang). Di pulau itulah terdapat banyak masyarakat yang memiliki persamaan budaya dan bahasa dengan orang Batak Toba di Sumatera Utara. Konon pengertian kata “batac” di sana juga mencerminkan makna sesuatu yang kokoh, kuat, tegar, berani, perkasa. Seperti pernah diturunkan dalam satu tulisan di media Liputan Bona Pasogit beberapa waktu lalu, orang Filipina terutama yang berasal dari kawasan daerah Batac di sana, merasa berada di negaranya saat berkunjung ke Sumatera Utara. Mereka menemukan pula sejumlah perkataan yang sebutan dan artinya sama dengan yang ada di negaranya. Misalnya kata “mangan” (makan), “inong” (inang), “ulu” (kepala), “sangsang” (daging babi cincang dimasak pakai darahnya) dan banyak lagi. Apakah ada pula hubungan kata Batak dengan “batu bata” atau batako (batu yang dibuat persegi empat dengan memakai semen) yang digunakan untuk sebuah bangunan? Belum diketahui persis. Tapi arti kata “batu bata” dari “batako” juga digambarkan bermakna kuat, kokoh, tahan lama, sehingga juga dapat mendekati pengertian Batohan pada bahasa Simalungun.

Catatan yang penulis uraikan ini mungkin belum tentu telah menjadi pengertian final tentang arti sebutan atau kata Batak. Tapi berdasarkan berbagai catatan yang dikemukakan di atas, mungkin arti yang satu dengan yang lain cukup mendekati untuk dirumuskan menjadi suatu kesimpulan. Apabila sebutan Batak itu berasal dari perkataan “mamatak” (penunggang kuda), kita mungkin bisa membayangkan kedekatan sejarah nama itu dengan karakter dan gaya hidup para leluhur di masa lampau yang diwarnai perjuangan, pertarungan, pertempuran, keberanian menghadapi berbagai tantangan demi mempertahankan eksistensinya. Kuda selalu diilustrasikan menjadi simbol keberanian, keperkasaan, keuletan dan jiwa juang. Siapa tahu, di zaman dulu orang Batak menggunakan kuda dalam merintis perkampungan ke daerah-daerah pedalaman, atau saat bertarung dengan musuh-musuhnya. Mungkin karena itu juga, lukisan Sisingamangaraja XII oleh Agustin Sibarani dibuat menunggang kuda sehingga kelihatan lebih menekankan keperkasaan seorang tokoh pejuang. Sementara hingga saat ini di berbagai pelosok daerah terpencil di Tanah Batak, masih banyak penduduk yang menggunakan jasa kuda meskipun hanya sebatas pengangkutan barang.
(Oleh: Bungaran Simanjuntak dan Poltak Simanjuntak)

2 comments:

  1. Mungkin untuk postingan berikut - berikutnya saya akan mencoba menulis tentang marga di suku Batak, tentunya perlu sumber yang valid :)

    ReplyDelete
  2. Mauliate.. Brmannfaat, mnambah wawasan...

    ReplyDelete

please comment :)