peace signpeace sign New Year, New Hope!!!! peace signpeace sign

Saturday, January 19, 2013

Butet Manurung: Sebuah Sekolah untuk Kehidupan

Saur Marlina Manurung adalah orang yang sangat inspiratif dan dia dikenal oleh masyarakat ramai karena jasanya yang besar sebagai perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia. Sebagaimana gadis Batak lainnya, perempuan yang lahir di Jakarta, 21 Februari 1972 ini lebih akrab disapa Butet, dan sekarang namanya lebih dikenal sebagai Butet Manurung. Butet adalah seorang pribadi yang tumbuh dengan didikan manja dari sang ayah, Victor Manurung. Namun, semenjak meninggalnya Victor Manurung, Butet tumbuh menjadi pribadi yang tegar dan tidak lagi manja. Dulu saat masa sekolah, Butet sering kali diajak oleh temannya untuk menjelajahi hutan dan gunung. Butet memang mengakui bahwa dirinya sangat menyukai alam, sehingga pada tahun 1999 Ia sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk pergi mengabdikan diri ke pedalaman hutan Jambi. Butet pun berangkat ke hutan, meninggalkan Jakarta dan metropolitannya, kota kelahiran sekaligus tempat Ia tumbuh dewasa, untuk mengemban tugas yang tidak ringan, apalagi untuk seorang perempuan.
Butet pertama kali menerapkan sekolah rintisannya kepada orang rimba (suku Kubu) yang mendiami Taman Nasional Bukit Dua Belas, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Metode yang diterapkannya cenderung bersifat antropologis. Ia melakukan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung pada orang rimba sambil ikut bersosialisasi kepada orang rimba dengan tinggal bersama mereka dan mencoba menjalani hidup ala orang rimba selama beberapa bulan. Pada bulan ke-7, barulah Butet mendapat peluang untuk mengajar. Usaha yang keras, seperti mengikuti cara berpakaian mereka dan cara hidup yang semi nomadik dilakukan oleh Butet. Sistem yang diterapkannya tersebut dikombinasi dengan mempertimbangkan pola kehidupan sehari-hari masyarakat didikannya. Setelah tersusun secara sistematis, ia mengembangkan sistem Sokola Rimba (diambil dari bahasa yang digunakan orang Rimba, salah satu dialek bahasa Melayu). Sistem Sokola Rimba kemudian diterapkan pula di berbagai tempat terpencil lainnya di Indonesia, seperti di Halmahera dan Flores. Oleh karena keberhasilannya, Pemerintah RI berencana mengadopsi sistem ini untuk dikembangkan pada masyarakat dengan kondisi khusus. Meskipun kurang mendapat tanggapan dari pemerintah dan masyarakat Jambi, Namun Butet tak peduli dan tetap menjalankan program pendidikan alternatifnya untuk anak-anak suku dalam itu. Tekad perempuan lulusan jurusan Antropologi dan Sastra Indonesia, Universitas Padjajaran Bandung inipun semakin kuat karena dukungan keluarga, terutama dari ibunya, Anar Tiur Samosir.
Berkat metode mengajarnya, Butet dianugrahi “The Man and Biosphere Award 2001″ dari LIPI-UNESCO, “Yap Thiam Hin Award 2003”, “Radio SKY Female-Bandung 2003”, dan anugerah “Woman of the Year” di bidang pendidikan pada tahun 2004. Ketenarannya sekarang bukanlah menjadi tujuan utamanya. Butet bersedia diwawancarai oleh banyak media massa karena ia senang jika apa yang dilakukannya bisa menginspirasi banyak orang, kalau sebenarnya “mimpi itu tidak ada yang tidak mungkin!”. Ia pun berharap akan lebih banyak lagi yang termotivasi untuk berkecimpung di dunia pendidikan, terutama untuk anak-anak marjinal. Butet sangat terbuka jika ada yang ingin bergabung dengannya, terutama anak-anak muda. Dari diskusinya dengan anak-anak muda, ternyata banyak sekali yang memiliki visi dan misi yang sama dengannya. Hanya terkadang, mereka tidak berani untuk memulai karena berbagai alasan, seperti halangan karena orang tua atau karena seorang perempuan, sehingga berpikir dulu dalam bertindak. “Mumpung masih muda dan punya impian, saat itulah kamu harus memulai. Sebelum akhirnya menyesal dan sadar ternyata sudah berumur 70 tahun. Hidup cuma sekali, jangan takut untuk berbuat sesuatu. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya,” ucap Butet memberi semangat. Memang itu adalah motivasi bagi banyak orang untuk berani bermimpi, bahkan sekalipun kata-kata itu terlihat gila.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Butet. Saat kita punya impian, kejarlah dan lakukanlah. Mulai saja untuk melakukannya. Saat menemui kendala, yakinlah bahwa akan selalu ada jalan keluarnya. Jikalau pun nanti hancur di tengah jalan, itu bukanlah akhir dari segalanya, karena kegagalan memang bagian yang paling menarik dalam perjalanan menuju keberhasilan. Bermimpilah selagi dapat, karena manusia tanpa mimpi tidak lebih dari seonggok daging yang bisa bergerak. (ditulis oleh Novi Simanjuntak; diedit oleh Frans Aritonang)

Alternatif Education Community “SOKOLA”
Tel: +62-746-322894
Mob: +62.81808893948 (Indit)
Email: rumahsokola@yahoo.com

1 comment:

  1. Lain kali, jika ada waktu (dan mood) saya akan mencoba menulis tentang Butet Manurung dan Pengajar Muda. Doakan saja :)

    ReplyDelete

please comment :)